Tidak tau kepada siapa aku menulis, tapi aku yakin akulah yang akan membacanya berulang kali, sama seperti aku menulis sebanyak yang aku mau.
Hy...
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jika ini masih tentang kerinduan, jangankan si pelihat yang membaca aku pun sudah bosan mengulang kata kerinduan berulang kali. Jika ini masih tentang cinta, maka akkulah orang pertama yang sangat amat tidak ingin mengatakannya berulang kali. Ahh ya, sudah pasti ketika kutulis semuanya, aku sangat merindukannya.
Hari ini malam dengan bulan yang terang, bulan kedua setelah hari itu. Tuhan, tidakkah aku bersyukur akan nikmat yang selalu kau nyatakan dalam setiap hembusan nafas ini. Tidakkah aku menyadari kerinduan yang tak berujung ini hanyalah dosa yang terus menggerogoti kecintaanku terhadap-Mu. Tuhan, aku pun tidak pernah berterimakasih padahal tempatku kembali ada pada-Mu.
Sekarang aku mengerti mengapa Engkau ciptakan satu bulan yang selalu mengintari bumi yang penuh karunia-Mu ini. Sekarang aku mengerti mengapa harus aku melihat bulanterang hanya pada malam hari. Aku bahkan akan mulai mengerti mengapa untuk melihat bulan yang sempurna aku harus melewati malam-malam yang bertahap.
Malam ini, kerinduan itu tiba-tiba saja merenggut seluruh waktuku untuk memikirkannya. Tuhan, ampuni dia, tidak harus ia menanggung dosa atas kerinduan ini. Aku sudah berusaha dengan sengaja membunuh setiap kerinduan ini, aku sudah mengikis sedikit demi sedikit harapan yang kini mulai habis termakan waktu. Tuhan, terkadang aku pun menginginkan untuk tidak mencintainya lagi sekalipun itu benar-benar cinta karena-Mu.
Sungguh, sekali saja aku ingin benar-benar merasakan pergi dari drama ini. Meninggalkan setiap scene yang harus aku lewati, tapi aku pun tak ingin kehilangan bagian dari cerita ini. Egois sekali aku ini.
Bukan membuatku semakin paham. Cinta benar-benar membuatku egois menjalani hidup ini. Aku tidak pernah memahami arti dari setiap butir cinta yang semakin hari semakin menyesakkan dada ini. Aku takut, Tuhan.
Selasa, 09 September 2014
Tulisan Kerinduan 4
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar